Jakarta, CNBC Indonesia - Bos Mobil Anak Bangsa (MAB) blak-blakan terjun ke bisnis truk listrik untuk industri tambang. Sebagai pabrikan kendaraan listrik (electric vehicle/EV), MAB melihat ada peluang adopsi kendaraan listrik di tengah kekhawatiran pelaku usaha pertambangan terkait kenaikan biaya bahan bakar.
Melihat itu, Direktur Utama Mobil Anak Bangsa (MAB), Kelik Irwantono menyatakan, pihaknya berupaya meluncurkan produk kendaraan listrik yang didesain khusus untuk sektor pertambangan.
Pengembangan produk ini tentu melalui riset mendalam dan kerja sama dengan mitra yang kompeten di bidang kendaraan listrik. Dengan adanya adopsi kendaraan listrik, perusahaan tambang dapat melakukan efisiensi yang sangat besar.
"Ini memang saya rasa hari ini saya belajar masalah banyak. Tetapi bagaimana kita menjawab keraguan daripada teman-teman dari pemain di mining, bahwa kita harus melihat negara thailand. Itu populasi penggunaan EV di pertambangan sudah peak," jelasnya dalam Sharing Session, Rabu (27/8/2025).
Kelik mengakui, Indonesia sudah tertinggal jauh dibandingkan India yang rata-rata kegiatan operasional tambangnya sudah menggunakan kendaraan listrik. Sejauh ini, tantangan pengembangan kendaraan listrik di Indonesia ada pada komponen baterai yang tergolong mahal. Pelaku usaha tambang pun menginginkan adanya garansi baterai kendaraan listrik yang memadai.
"Rata-rata cost kendaraan EV tinggi di baterai. Rata-rata sampai 6 tahun. Selama 6 tahun kita worthy, termasuk power, itu yang kita lakukan," kata dia.
Di sisi lain, Kelik menekankan bahwa MAB tidak hanya ingin menjual produk kendaraan listrik semata, melainkan juga solusi kepada para pelanggan.
Di era sekarang, penting bagi MAB untuk mengedepankan prinsip kolaborasi sehingga perusahaan ini perlu menggandeng banyak mitra, termasuk untuk jasa penyewaan kendaraan listrik tambang.
"Kedua kita menggandeng mitra yang berbisnis rental. Jadi teman-teman di tambang enggak mau beli mahal di depan. Tetapi bisnis modelnya adalah merentalkan. Perhitungan rental pun menurut saya rasional. Dalam arti bila dibandingkan dengan DCO total cost commercial dengan perhitungan investasi di awal kurang lebih konsumsi bahan bakar di 5 tahun, ternyata kita hitung masih bisa bersaing," ungkap dia.
Tak hanya penyewaan kendaraan listrik saja, MAB juga membuka peluang untuk menggaet mitra untuk penyediaan charger kendaraan listrik. Kerja sama kemitraan ini dipandang akan menguntungkan bagi MAB, mengingat kebutuhan investasi pengembangan charging station kendaraan listrik tambang bisa ditekan.
"Saya sudah bicara dengan teman-teman di PLN mereka menyarankan kita kolaborasi. Contoh di Sulawesi ada daerah yg memang belum terjamah listrik, ini kita kerja sama dengan PLN. Produk kita laku di pasaran dan PLN menambah revenue dari negara. Termasuk juga bagi customer mereka tahunya OPEC aja dan kepastian menangani transportasi lebih fix. Enggak fluktuasi di harga solar," pungkasnya.
(dpu/dpu)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Moeldoko Ungkap 3 Alasan Industri Tambang Harus Gunakan Mobil Listrik