Jakarta (ANTARA) - Kasus yang baru -baru ini viral, yakni meninggalnya balita bernama Raya asal Sukabumi akibat infeksi cacing gelang menjadi pengingat betapa berbahaya-nya penyakit cacingan yang sering dianggap sepele.
Infeksi cacing tidak hanya menimbulkan rasa tidak nyaman, tetapi juga bisa mengganggu penyerapan gizi, menghambat tumbuh kembang, bahkan berujung pada komplikasi serius bila tidak ditangani dengan tepat.
Pada dasarnya, anak-anak lebih rentan terinfeksi cacing karena sistem imun yang masih berkembang, pola kebersihan diri yang belum terjaga optimal, serta lingkungan tempat tinggal yang mungkin kurang higienis.
Selain itu, kebiasaan sehari-hari seperti jajan sembarangan, bermain tanpa alas kaki, atau jarang mencuci tangan juga dapat membuka jalan bagi parasit ini masuk ke dalam tubuh.
Memahami penyebab anak bisa terinfeksi cacing menjadi langkah penting agar orang tua lebih waspada dan dapat melakukan pencegahan sejak dini, sehingga kasus tragis seperti yang dialami balita Raya tidak terulang kembali.
Berikut ini adalah penyebab dan faktor resiko-nya anak bisa terinfeksi cacingan pada tubuhnya, berdasarkan informasi yang telah dihimpun dari berbagai sumber.
Penyebab anak cacingan
Penyebab anak mengalami cacingan bisa berbeda-beda, tergantung dari jenis parasit yang masuk ke dalam tubuh. Risiko infeksi biasanya meningkat jika anak terbiasa atau pernah melakukan hal-hal berikut:
• Mengonsumsi air yang tidak bersih atau sudah tercemar, misalnya dari sungai, kolam renang, atau danau.
• Tidak mencuci tangan setelah bermain atau bersentuhan dengan tanah.
• Berjalan tanpa alas kaki di tanah yang berpotensi terkontaminasi.
• Mengonsumsi makanan atau minuman yang sudah tercemar telur cacing.
• Memakan daging mentah atau setengah matang yang mengandung larva parasit.
• Menyentuh mulut tanpa membersihkan tangan setelah memegang benda yang sudah terinfeksi.
• Menggunakan atau menyentuh barang yang telah tercemar telur cacing.
Faktor resiko infeksi cacing
Sebenarnya siapa pun bisa terinfeksi cacing, tetapi ada kelompok yang lebih berisiko mengalaminya. Beberapa di antaranya adalah:
• Tinggal di lingkungan dengan kondisi sanitasi yang kurang memadai.
• Kurang memperhatikan kebersihan diri sehari-hari.
• Memiliki sistem kekebalan tubuh lemah, misalnya penderita lupus, kanker, atau HIV/AIDS.
• Anak-anak, karena sering bermain di area tanah yang mungkin terkontaminasi, seperti taman bermain atau kotak pasir.
• Hidup di wilayah dengan iklim tropis maupun subtropis yang hangat dan lembap.
• Menggunakan kotoran manusia sebagai pupuk.
• Melakukan hubungan seksual anal atau oral tanpa perlindungan.
• Berada di area dengan akses air bersih terbatas.
• Sering kontak dengan hewan ternak.
• Menggunakan toilet umum yang tidak terjaga kebersihannya.
Dengan mengetahui berbagai penyebab dan faktor risiko tersebut, orang tua diharapkan lebih waspada dalam menjaga kebersihan anak serta lingkungan sekitarnya.
Pencegahan sederhana seperti membiasakan cuci tangan dengan sabun, memastikan makanan matang sempurna, hingga mengajarkan anak untuk selalu menggunakan alas kaki saat bermain di luar rumah dapat menjadi langkah efektif untuk memutus rantai penularan cacing.
Tidak kalah penting, pemeriksaan rutin ke tenaga medis dan pemberian obat cacing sesuai anjuran juga perlu dilakukan untuk memastikan anak tetap sehat, tumbuh optimal, dan terhindar dari ancaman penyakit yang kerap dianggap sepele namun berbahaya ini.
Baca juga: Apakah orang dewasa masih boleh konsumsi obat cacing?
Baca juga: Dokter sebut konsumsi obat cacing perlu disertai indikasi gejala
Baca juga: Saat usia berapa anak boleh mengonsumsi obat cacing?
Pewarta: Sean Anggiatheda Sitorus
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.