
Campak bukan sekadar penyakit anak-anak biasa. Infeksi virus akut ini tergolong sangat menular dan dapat menimbulkan komplikasi serius hingga mengancam nyawa bila tidak dicegah sejak dini.
Mengapa Campak Sangat Berbahaya?
Penyebabnya adalah virus rubeola (measles) dari famili Paramyxoviridae. Penularannya sangat mudah, hanya melalui percikan ludah atau udara yang dihirup saat penderita batuk atau bersin.
Yang lebih mengkhawatirkan adalah komplikasi berat yang bisa muncul, seperti:
- Radang paru (pneumonia)
- Diare hebat
- Radang otak (ensefalitis)
- Radang telinga (otitis media)
- Dehidrasi
Semua komplikasi ini dapat berujung pada kematian, terutama jika menyerang kelompok rentan: anak dengan gizi buruk, daya tahan tubuh lemah, belum pernah imunisasi, ibu hamil, hingga anak dengan defisiensi vitamin A.
Tanda-Tanda yang Tidak Boleh Diabaikan
Gejala campak biasanya muncul 10–14 hari setelah terpapar virus, dan meliputi:
- Demam tinggi hingga 39°C.
- Batuk, pilek, dan gejala infeksi pernapasan.
- Badan terasa lemas.
- Ruam khas di kulit.
“Diagnosis dilakukan dengan menanyakan riwayat demam, waktu munculnya gejala, kontak dengan penderita, dan bila memungkinkan, melalui pemeriksaan laboratorium,” jelas Ketua Satgas Imunisasi IDAI, Edi Hartoyo, SpA, Subs IPT(K).
Fakta Mengejutkan: Lebih Menular daripada Covid-19
WHO mencatat wabah campak (Kejadian Luar Biasa/KLB) masih sering muncul di berbagai negara, termasuk Indonesia, Bangladesh, India, hingga Thailand.
Tingkat penularannya pun mengkhawatirkan: 1 orang campak dapat menulari 12–18 orang lain di sekitarnya. Bandingkan dengan COVID-19 yang “hanya” 8–10.
Pencegahan: Kunci Utama
Karena campak sangat menular, pencegahan jauh lebih penting daripada pengobatan. Langkah yang bisa dilakukan antara lain:
- Isolasi penderita sejak demam muncul hingga ruam menghitam.
- Imunisasi campak atau MR untuk melindungi anak sejak dini.
- Tanpa imunisasi, risiko tertular dan menularkan campak akan terus menghantui, terutama di lingkungan padat dengan akses kesehatan terbatas. (Z-10)