Liputan6.com, Jakarta - Apple Music baru-baru ini merayakan ulang tahun ke-10 pada 30 Juni 2025. Sebagai salah satu layanan streaming musik tertua, layanan ini sudah tersedia di 100 negara di dunia.
Sebagai salah satu dari 100 negara itu, Indonesia ini disebut-sebut sebagai salah satu pasar penting bagi layanan musik digital milik Apple.
Dengan mayoritas penduduk berusia muda, Apple menilai Indonesia sebagai lahan subur untuk pertumbuhan musik digital sekaligus mendukung para kreator lokal berbakat di Tanah Air.
"Indonesia adalah negara sangat sosial. Anak muda di sini gemar mendengarkan musik, bernyanyi mengikuti lirik, hingga kreatif membuat konten," kata Eddy Cue, Senior VP, Apple Services saat wawancara eksklusif dengan tim Liputan6.com di Jakarta, belum lama ini.
Ia menambahkan, "fitur Apple Music seperti lirik interaktif dan sing along benar-benar relevan dengan kebiasaan anak muda di Indonesia."
Pertumbuhan Dua Digit di Indonesia
Meski tidak menyebutkan angka secara pasti, Eddy optimistis Apple Music mampu tumbuh dua digit di Indonesia, seiring bertambahnya kelas menengah dan berkembangnya jaringan ritel seperti iBox.
"Kunci dari semuanya adalah kami tidak melihat angka tertentu, tetapi kami pikir ini adalah tempat yang akan tumbuh dengan dua digit dan negara besar dengan banyak orang," ucapnya.
Eddy menilai, kekuatan utama dari perkembangan Apple Music di dunia termasuk Indonesia terletak pada integrasi hardware, software, dan layanan menyatu. Karena itu, pengalaman pengguna saat menikmati beragam musik favorit pun lebih mulus dibandingkan layanan sejenisnya.
Fokus Murni pada Musik
Saat ditanya apa yang membedakan Apple Music dengan kompetitor, pria yang sudah bekerja di Apple lebih dari 36 tahun tersebut menekankan aplikasi ini tidak hanya fokus pada musik.
"Kita tidak menambahkan fitur yang tidak relevan. Baik dari engineer, kurator, hingga desainer aplikasi Apple Music memang memiliki rasa kepedulian mendalam pada musik," ungkap sang eksekutif.
Selain itu, kurasi Apple Music di Tanah Air sepenuhnya ditangani tim lokal yang bekerja sama dengan artis pendatang baru hingga musisi papan atas lintas genre.
"Bukan hanya AI atau semacamnya. Ada perasaan dan perhatian yang harus Anda miliki dengan memiliki orang lokal bekerja sama dengan para musisi."
Mendukung Musisi Lokal
Terkait dengan persaingan musisi di era digital saat ini, Apple menyadari tantangan besar harus dilalui oleh para pelaku industri kreatif ini.
Walau saat ini lebih mudah membuat musik dari rumah dengan Mac, Logic Pro, atau GarageBand, musisi juga dituntut agar piawai mengelola media sosial dan membuat konten video.
"Platform kami bisa membantu mereka memonetisasi karya sekaligus menjaga privasi pengguna. Kami ingin musisi di seluruh negara, termasuk Indonesia memiliki penghidupan layak," katanya.
Kenapa Apple Music Tidak Gratis?
Terkait banyak permintaan pengguna perangkat Apple ingin mendapatkan akses Apple Music secara gratis, Eddy menegaskan layanan ini tetap harus berbayar.
"Gratis memang menyenangkan sih, tetapi ini tidak akan membantu musisi. Karena sebagian besar pendapatan dari berlangganan ini kami salurkan ke penulis lagu, artis, dan label," katanya.
Ia menambahkan, harga langganan Apple Music justru lebih murah dibandingkan ketika era CD atau piringan hitam.
"Dulu dengan harga setara mungkin kita hanya dapat 10 lagu saja untuk didengar. Sekarang, Anda bisa mengakses seluruh musik dunia kapan pun dan di mana pun juga," tutupnya.