
MILITER Israel pada Selasa (26/8) waktu setempat mengakui serangan udara yang menewaskan lima jurnalis di sebuah rumah sakit di Gaza Selatan. Namun, militer Israel mengeklaim serangan tersebut sedianya diarahkan ke sebuah kamera yang disebut-sebut dipasang oleh Hamas.
Pernyataan tersebut muncul setelah insiden di Khan Younis sehari sebelumnya memicu kecaman luas dari berbagai pihak internasional. Serangan tersebut menewaskan sedikitnya 20 orang, termasuk lima jurnalis dari Al Jazeera, Associated Press, Reuters, serta beberapa media lainnya.
Menurut Badan Pertahanan Sipil Gaza, serangan bermula dari drone bersenjata yang meledakkan sebuah bangunan di kawasan Rumah Sakit Nasser. Tak lama kemudian, serangan udara kedua menghantam lokasi ketika para korban sedang dievakuasi.
Militer Israel dalam pernyataannya menyebut pasukannya mengidentifikasi sebuah kamera yang ditempatkan Hamas di area Rumah Sakit Nasser dan kemudian melakukan operasi untuk menghilangkan ancaman dengan menyerang serta membongkar kamera tersebut.
Menurut militer Israel, enam orang yang tewas merupakan teroris. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu kemudian menyampaikan penyesalan atas peristiwa itu. Ia menyebutnya sebagai sebuah kesalahan tragis.
Insiden tersebut menuai reaksi keras dari berbagai kalangan, termasuk PBB, organisasi media, kelompok hak asasi manusia, serta asosiasi pers asing yang berbasis di Israel.
Peristiwa serupa sebelumnya juga terjadi pada awal bulan ini, ketika empat staf Al Jazeera dan dua jurnalis lepas tewas dalam serangan udara Israel di dekat Rumah Sakit Al-Shifa, Kota Gaza.
Saat itu, militer Israel menuduh salah satu korban, Anas Al Sharif, yang merupakan koresponden senior Al Jazeera, memimpin sel teroris Hamas dan terlibat dalam pengaturan serangan roket ke wilayah Israel.
Laporan organisasi pemantau pers internasional juga menyebut bahwa perang berkepanjangan ini menjadi salah satu periode paling mematikan bagi jurnalis, dengan hampir 200 pekerja media dilaporkan tewas selama hampir dua tahun serangan Israel di Gaza. (AFP/I-1)