Jakarta -
Gedung DPR akrab dikaitkan dengan bentuk menyerupai kura-kura. Tapi tahu nggak? Ternyata inspirasi pembuatannya bukanlah kura-kura.
Gedung DPR adalah salah satu gedung pemerintahan yang mungkin paling terkenal di Indonesia. Tempat itu selain menjadi ruang kerja bagi lembaga legislatif, juga acapkali menjadi ruang unjuk rasa bagi para demonstran.
Gedung DPR, MPR, dan DPD terletak di Jalan Gatot Subroto, Senayan, Jakarta Pusat. Gedung itu menjadi saksi bisu perjalanan sejarah bangsa sejak era pemerintahan Sukarno hingga saat ini.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Gedung tersebut dibangun di era Presiden Sukarno pada 8 Maret 1965. Sukarno pula yang menjadi pencetus pembangunan gedung bagi para wakil rakyat tersebut.
1. Dicanangkan Sukarno untuk CONEFO
Pembangunan tersebut muncul setelah rencana menyelanggarakan Conference of the News Emerging Forces (CONEFO). Adapun CONEFO adalah organisasi yang bertujuan menandingi hegemoni Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB).
Anggotanya ialah negara-negara Asia, Afrika, Amerika Latin, negara sosialis-komunis, dan semua Progressive Forces di wilayah kapitalis.
Namun, pembangunan belum rampung hingga Sukarno dilengserkan. Pada era Soeharto, bangunan tersebut pun dilanjutkan namun dengan proses yang lama. Hingga akhirnya bangunan selesai pada 1 Februari 1983.
2. Bentuknya Bukan Kura-kura
Arsitek bangunan gedung tersebut adalah Soejoedi Wirjoatmodjo yang merupakan jebolan Technische Universitat Berlin Barat. Ia membuat kubah yang berbentuk setengah lingkaran di kedua sisi kanan dan kiri gedung.
Kendati banyak orang yang menganggap bentuk gedung tersebut seperti kura-kura, namun bentuk itu diibaratkan sebagai kepakan burung garuda.
Jika traveler berada di bagian depan dan tengah dalam gedung, nantinya terlihat tiang-tiang penyangga yang berbentuk seolah menjadi kaki burung garuda.
3. Biaya Renovasi Ratusan Miliar
Gedung DPR telah mengalami beberapa kali renovasi. Yang terbesar dilakukan pada 2017 dan menghabiskan biaya sekitar Rp 601 miliar. Di sisi lain, anggaran renovasi tersebut semula hanya Rp 320,4 miliar, atau sekitar setengahnya.
Besarnya biaya itu karena pembangunan juga meliputi gedung baru, perpustakaan, museum DPR, dan alun-alun demokrasi.
Kini area gedung memiliki luas sekitar 80 ribu meter persegi dan terbagi menjadi 5 gedung. Gedung Nusantara atau Gedung kura-kura, dan gedung Nusantara I,II, III, IV, dan V. Selain itu,ada juga Gedung Sekretariat Jenderal, masjid, hingga air mancur.
4. Sejarah Panjang Hiruk Pikuk Demokrasi
Area Gedung DPR menjadi tempat hiruk pikuk dinamika demokrasi di Tanah Air. Banyak upaya penyampaian aspirasi hingga demonstrasi dilakukan masyarakat di depan kompleks tersebut. Tak salah memang, karena DPR adalah lembaga yang seharusnya mewakili suara publik.
Tempat ini menjadi salah satu titik sentral peristiwa demonstrasi Mei 1998. Kala itu ribuan mahasiswa menduduki gedung DPR guna melengserkan rezim Soeharto.
Hingga kini, banyak masyarakat yang kerap menggelar aksi demonstrasi di lokasi tersebut. Terbaru, masyarakat menggelar demonstrasi di lokasi tersebut karena adanya wacana pengesahan RUU Pilkada yang banyak ditentang.
(wkn/wsw)