Jakarta -
Ketergantungan Indonesia terhadap energi fosil dinilai akan berdampak buruk dalam jangka panjang. Selain terhadap lingkungan, energi fosil seperti batu bara dan bahan bakar minyak akan merugikan perekonomian.
Pengamat ekonomi energi dari Universitas Padjadjaran (Unpad) Yayan Satyakti mengatakan, energi yang dihasilkan dari PLTU batu bara misalnya, yang terasa murah dan lebih terjangkau. Tapi ia menilai hal tersebut justru berdampak buruk dalam jangka panjang.
"Memang harganya itu kompetitif, bisa affordable, tapi kalau misalkan kita bandingkan dengan keinginan kita memitigasi perubahan iklim itu menjadi konflik. Kenapa? Ketika misalkan energi kita dipenuhi, oke murah tapi tidak ramah lingkungan. Ini akan mengakibatkan penghambatan pertumbuhan pertumbuhan ekonomi dalam jangka waktu panjang," katanya kepada detikcom, Kamis (12/9/2024).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurutnya pemerintah memang terus mendorong implementasi energi baru terbarukan. Namun dalam praktiknya, Yayan menilai pemerintah masih kerepotan, terlebih mayoritas energi yang saat ini dipakai masih berbasis batu bara.
Yayan mencontohkan dampak buruk Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) batu bara yang berdampak buruk bagi lingkungan juga kesehatan manusia. Masalahnya, sumber energi bersih yang saat ini ada masih belum bisa memenuhi aspek keterjangkauan.
"Kemudian, kalau kita lihat energi kita dipenuhi oleh PLTU, tapi renewable kita itu belum mampu memenuhi affordability di masyarakat. Karena energi yang ada saat ini disubsidi oleh pemerintah. Walaupun ada BBM non subsidi tetapi masyarakat tetap berbondong-bondong membeli BBM yang subsidi," bebernya.
Pada ujungnya hal tersebut juga membebani keuangan pemerintah dan penerimaan negara. Yayan juga khawatir ketergantungan terhadap subsidi dapat memicu kenaikan pajak.
"Artinya ini akan membebankan terhadap pemerintah dan terhadap penerimaan negara, artinya pajak, dan kemungkinan kalau subsidi naik kemungkinan pajak juga naik. Nah sementara subsidi itu untuk membeli minyak impor," tuturnya.
Oleh karena itu, ia mendukung pengembangan energi baru terbarukan oleh pemerintah, salah satunya adalah panas bumi. Yayan menilai Indonesia diuntungkan secara geografis karena berlokasi di ring of fire atau cincin api Pasifik.
(ily/das)