Jakarta - Indonesia membutuhkan investasi yang besar untuk pengembangan energi baru terbarukan (EBT). Indonesia membutuhkan setidaknya membutuhkan investasi US$ 14,2 miliar atau setara Rp 218,6 triliun (kurs Rp 15.400) untuk meningkatkan kapasitas EBT menjadi 8,2 gigawatt (GW).
Dengan investasi tersebut maka bauran EBT bisa naik dari 13% menjadi 21% di tahun depan.
"Kita memerlukan investasi hingga tahun depan (2025) investasi hingga US$ 14,2 miliar guna menaikkan kapasitas dari renewable itu hingga 8,2 gigawatt (GW). Kita bisa menaikkan bauran energi terbarukan tahun depan dari 13% menjadi 21%," kata Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukkan dan Konservasi Energi (EBTKE) Eniya Listiani Dewi dikutip dari laman Kementerian ESDM, Rabu (4/9/2024).
Menurut Eniya, peningkatan kapasitas listrik EBT sesuai target pada tahun 2025 bukanlah sebuah keniscayaan namun memerlukan dana investasi yang sangat besar.
"Jadi memang perlu dana yang besar, tetapi bukan tidak mungkin," tutur Eniya.
Eniya mengungkapkan, beberapa sumber-sumber energi terbarukan di Indonesia yang potensi ketersediaanya mencukupi bahkan beberapa melimpah seperti, solar (3.294 GW), angin (155 GW), air (95 GW), arus laut (63 GW), BBN (57 GW) dan panas bumi (23 GW).
Untuk sumber energi panas bumi yang potensinya sangat besar dan berperan penting dalam mewujudkan net zero emission (NZE). Eniya mengatakan, sudah menawarkan pengembangannya kepada investor.
"Indonesia memiliki potensi sumber energi panas bumi yang melimpah hingga mencapai 23,6 GW dengan yang sudah termanfaatkan 2,6 GW (11%) sehingga ketersediaannya untuk dimanfaatkan masih sangat terbuka. Sudah kita tawarkan ke berbagai pihak dan sekarang sudah ada yang di-develop. Ada yang masih kita tawarkan kepada investor yang berminat mengembangkan panas bumi di Indonesia," ujar Eniya.
Selain mempunyai potensi yang besar sebagai base load, ketersediaan sumber EBT hampir ada di seluruh wilayah Indonesia.
Pemerintah berencana menawarkan 5 wilayah kerja panas bumi pada tahun 2025 mendatang untuk Survei Pendahuluan dan Eksplorasi (PSPE) yakni, Gn Lawu (+-195 MW), Sipoholo Ria-Ria (+-35 MW) dan Cubadak - Panti (+-30 MW) dan 2 Tender Wilayah Kerja Panas Bumi (WKP), satu di Telaga Ranu (+-85 MW) dan Wapsalit (+-46 MW).
"Kami berharap 5 lokasi panas bumi tersebut dapat menarik investor untuk mengembangkannya," pungkas Eniya. (acd/rrd)