Jakarta -
Berawal dari post di sosial media yang menawarkan paket liburan cukup terjangkau, dengan pantai pasir putihnya, langit yang biru, membuat tertarik untuk ambil bagian dari perjalanan open trip kala itu. Dan destinasi yang saya pilih adalah Gili Labak.
Singkat cerita, saya bertiga bertemu dengan agen wisata yang membuka open trip tersebut di titik kumpul yang telah disepakati. Rombongan berangkat pada malam hari, dengan diikuti peserta lain yang tidak saling kenal sebelumnya.
Ini merupakan open trip pertama saya. Sepanjang perjalanan sesekali menyempatkan diri untuk tidur, karena menurut informasi perjalanan darat ini sekitar 5 atau 6 jam.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menjelang subuh, kami tiba di tempat penyeberangan di daerah Sumenep. Begitu turun dari mobil yang membawa kami, suara deburan ombak terdengar sayup-sayup.
Rombongan dipersilahkan beristirahat sejenak di teras rumah warga yang menyerupai pendopo, sambil persiapan menyeberang.
Setelah semua siap, kami mulai jalan kaki ke dermaga, langit pun mulai agak terang. Rupanya daerah tempat transit yang kami singgahi ini adalah kampung nelayan, dengan penduduk yang ramah, menyapa para rombongan dengan senyum.
Satu per satu rombongan mulai naik ke kapal, menggunakan pelampung, dan mencari tempat duduk yang sekiranya strategis. Awak kapal membuka perjalan dengan doa, lalu penjelasan singkat dan rombongan pun berangkat.
Perlahan tapi pasti, langit yang awalnya kehitaman mulai memutih dan mentari mulai tampak. Sungguh, pemandangan yang menakjubkan.
Rasanya lelah 6 jam perjalanan terbayarkan dengan melihat hamparan air laut dan matahari terbit seperti ini. Padahal kami belum sampai ke destinasi wisata.
Pulau pertama yang kami singgahi pagi itu, Pulau Sembilan. Pulau berpasir coklat yang sangat terjaga kebersihannya, suasana yang sunyi jauh dari hiruk pikuk kota ini membuat pagi kami sangat luar biasa.
Walaupun sepi, di pantai ini terdapat beberapa warung pinggir pantai yang sudah siap menjajakan jajanannya dan juga terdapat cottage bagi wisatawan yang ingin menginap.
Dua jam kemudian kami melanjutkan perjalanan kembali, kali ini ke destinasi sebenarnya, Pulau Gili Labak. Jujur, awalnya saya tidak berekspektasi tinggi.
Tapi melihat langsung dengan mata kepala sendiri, rasanya sangat kagum dan bersyukur bisa sampai di tempat itu, surga tersembunyi. Pasirnya yang putih menyilaukan, lautnya yang biru bening, dan warga lokal yang ramah, sungguh sebuah liburan paling indah bisa dekat dengan alam.
Jika Indonesia punya banyak sekali tempat-tempat indah yang begitu alami, mengapa harus jauh-jauh ke negeri orang hanya demi dipandang wah. Dan sejak berlabuh ke Gili Labak kala itu, saya belum bertemu lagi dengan pantai seindah Gili Labak.