Jakarta -
Taruna Ikrar mengungkapkan apa yang akan menjadi fokusnya setelah menjadi Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI. Seperti diketahui, Taruna baru saja dilantik oleh Presiden Joko Widodo sebagai Kepala BPOM pada Senin (19/8/2024) di Istana Negara.
Taruna mengatakan jabatan yang ia terima merupakan tanggung jawab dan beban yang berat. Ia berharap bisa memberikan dampak yang baik bagi BPOM dan juga masyarakat.
Taruna mengatakan bahwa ada beberapa pekerjaan yang akan ia fokuskan selama di BPOM. Beberapa di antaranya seperti meningkatkan kerjasama dengan stakeholder baik dari pemerintah hingga swasta, serta juga berperan dalam proses usaha untuk menekan harga obat yang dinilai tinggi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia menuturkan bahwa itu merupakan salah satu 'tugas khusus' yang diberikan oleh Presiden Joko Widodo kepada dirinya. Menurutnya BPOM sebagai regulator menjadi salah satu bagian penting dari bagaimana proses obat yang diproduksi sampai ke masyarakat dan digunakan.
Apabila kerjasama dilakukan dengan baik dari pemerintah, BPOM, hingga asosiasi pengusaha obat, maka menekan harga obat mungkin saja bisa dilakukan.
"Salah satu problemnya karena obat-obat tersebut bahan baku itu mayoritas impor dan mahal. Kedua masuk kena pajak, tapi ada diolah, terus selesai itu kan pengusaha ingin membuat apa yang kita sebut dengan untung dan sebagainya," kata Taruna ketika ditemui detikcom di Kantor BPOM, Selasa (19/8/2024).
"Kalau dua itu bisa di-trigger dengan baik, obat-obatan ini diatur dengan baik, sehingga harganya itu tidak terlalu mahal, at least (harganya) mirip dengan negara tetangga," sambungnya.
Ia juga ingin nantinya obat-obatan dari luar negeri yang dibutuhkan oleh masyarakat bisa masuk ke Indonesia dengan lebih mudah. Hal ini juga penting demi mencegah masyarakat berobat ke luar negeri.
Selain itu, ia juga menyoroti inovasi pengobatan yang tersedia di Indonesia. Menurutnya, di tengah berkembangnya ilmu pengetahuan, dibutuhkan 'kitab' baru untuk meningkatkan standar inovasi obat yang sudah ada.
"Regulasi kita, standar-standar itu kita masih menggunakan textbook lama, nah ini saatnya kita melakukan inovasi itu, menggunakan textbook yang terbaru, karena ilmu berkembang," ujar Taruna.
Terakhir ia ingin BPOM RI sebagai regulator pengawasan obat dan makanan di Indonesia bisa meningkatkan levelnya. Taruna ingin standar yang ditetapkan BPOM RI tidak dianggap sebelah mata, bahkan bisa menjadi 'acuan' standar pengawasan obat dan makanan secara internasional.
"Kita pengin itu secara global kita dianggap. Badan POM RI harus selevel dengan Badan POM Amerika, Badan POM Jepang, sehingga apa yang sudah diregistrasi di negeri ini, mereka tidak memandang sebelah mata produk Indonesia," ungkapnya.
(avk/naf)