Jakarta -
PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP), pengelola kawasan industri di Morowali, menyadari pentingnya kelestarian lingkungan di kawasan industri. Hal itu bertujuan agar kebutuhan hilirisasi dan kelestarian lingkungan bisa bisa berjalan seimbang.
Environmental Supervisor PT IMIP, Johannes Febrianto, mengatakan upaya IMIP untuk turut berkontribusi terhadap kelestarian lingkungan sejalan dengan aturan pemerintah. Menurutnya, IMIP memiliki komitmen yang kuat untuk mematuhi berbagai peraturan terkait kelestarian lingkungan.
"Upaya pengelolaan lingkungan itu sebenarnya ada dasar hukumnya. Jadi semua itu based on peraturan pemerintah yang telah ditetapkan. Jadi itu kita pasti langsung lebih kepada kepatuhan terhadap peraturan lingkungan yang sudah ada dan berlaku. Kalaupun itu ada update dan lain-lain pasti kami akan mengikuti setiap peraturan yang telah dikeluarkan oleh Pemerintah Indonesia dalam hal ini lebih ke KLHK (Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan)," kata Johannes kepada detikcom di kantor PT IMIP, Bahodopi, Morowali, Sulawesi Tengah, beberapa waktu lalu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia menjelaskan ada sejumlah realisasi yang telah dilakukan oleh IMIP untuk berkontribusi melestarikan lingkungan, salah satunya dengan gencar melakukan penanaman mangrove.
"Penanaman mangrove dan ada kegiatan lain yang bekerja sama dengan departemen CSR seperti pelestarian flora dan fauna endemik, juga restorasi terumbu karang," jelasnya.
Dia mengatakan upaya penanaman mangrove sendiri dilakukan sejak tahun 2017. Mangrove memiliki banyak fungsi, diantaranya mencegah abrasi, menyerap emisi di udara, hingga menyerap dan menyimpan karbon.
Konservasi alam PT IMIP Foto: dok. detikcom
"Kita itu sudah melakukan penanaman mangrove sebagai bentuk (upaya) perlindungan kita terhadap wilayah pesisir. Karena kita kan ada di wilayah pesisir juga. Kita tahu mangrove lebih banyak menyerap karbon dibandingkan hutan-hutan terestrial," ungkapnya.
Dia mengatakan ada sejumlah upaya yang dilakukan oleh PT IMIP dalam melakukan penanaman, salah satunya dengan melihat areal tempat hidup mangrove. Langkah itu dilakukan untuk meningkatkan survival rate atau tingkat tahan hidup dari mangrove yang ditanam.
Langkah itu menjadi penting dilakukan, apalagi mangrove sendiri jika tidak jeli dalam proses penanaman maka berpotensi bisa mempengaruhi survival rate. Dia menjelaskan, ada sejumlah aspek yang memberikan kontribusi terhadap survival rate, seperti tempat hidup hingga gelombang laut.
"Kita melihat substrat (tempat tumbuhan hidup). Ohh (wilayah) ini cocok, oke kita tanam," ujarnya.
Untuk suplai bibit mangrove, Johannes menjelaskan, PT IMIP memiliki pengembangan bibit sendiri. Namun, jika mengalami kekurangan bibit mangrove biasanya PT IMIP mendapatkan suplai dari wilayah Kota Kendari, Bungku Selatan, dan lainnya.
"Kalau bibit sebenarnya kita membibitkan sendiri. Kami ada nursery, bisa mencapai sekitar 18 ribu bibit per tahun," tuturnya.
Dia mengatakan, proses penanaman pun dilakukan secara inisiatif. Bahkan dalam acara-acara seremonial, IMIP biasanya turut melakukan kegiatan penanaman mangrove.
"Kalau penanaman itu biasanya kami ada yang rutin dilakukan, ada yang momen-momen atau seremonial, atau kegiatan inisiasi perusahaan. Kami menggandeng perusahaan, juga konsultan kami minta untuk menggandeng warga sekitar," jelasnya.
Dia mengatakan IMIP pun turut memberikan dukungan kepada para lembaga swadaya masyarakat (LSM) dan komunitas di sekitar kawasan industri yang ingin melakukan kegiatan menanam mangrove.
Tak lupa, dia mengatakan IMIP pun mengajak perusahaan penyewa (tenant) di kawasan tersebut untuk berkontribusi dalam kegiatan pelestarian lingkungan.
"Kalau rutinitas setiap tahun penanaman. Kalau yang seremonial itu disesuaikan dengan hari-hari besar, misal Hari Mangrove Sedunia. Misal teman-teman komunitas, di hari ulang tahun organisasinya kami support (penanaman mangrove)," kata Johannes.
Upaya penanaman mangrove sendiri sudah mulai menunjukkan hasilnya. Johannes mengatakan setidaknya sudah ada 20.000-an pohon mangrove yang sudah tumbuh.
"Sebanyak 20.000-an bibit ini hidup pada lahan seluas sekitar 2 hektare atau 20.000 m2 dengan jarak tanam bibit 1 meter x 1 meter," jelasnya.
Selain mangrove, dia mengatakan IMIP pun turut berupaya untuk menjaga kelestarian fauna endemik khas Sulawesi, Macaca tonkeana atau monyet hitam.
"Pelestarian fauna endemik di Sulawesi, salah satu contohnya Macaca tonkeana atau monyet hitam kelas primata. Dia tuh hewan ...