Mutiara di Kaki Gunung Semeru, Mata Airnya Justru Deras Saat Kemaru

Jakarta -

Desa Sanankerto mungkin masih terdengar asing. Karena, desa ini lebih dikenal dengan wisata Boonpring. Tahu?

Boonpring awalnya adalah sebidang tanah milik desa atau istilah warga setempat adalah "tanah bengkok" seluas kurang lebih 12 hektar.

Tanah ini berada di bagian timur desa yang berbatasan dengan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) dan mayoritas ditumbuhi oleh rumpun bambu sehingga menjadi hutan bambu yang dinamai boonpring atau kebun bambu oleh penduduk setempat.

Desa ini berada di wilayah Kecamatan Turen, Kabupaten Malang dan berada di kaki Gunung Semeru sehingga berhawa sejuk.

Daya tarik Boonpring tidak hanya hutan bambu tetapi juga terdapat tujuh sumber yang memiliki keunikan. Karena air di beberapa sumber justru akan mengalir deras di musim kemarau dan menyusut di musim penghujan.

Namun demikian danau di tengah Boonpring tetap terisi air dengan kedalaman 2-3 meter dan menjadi daya tarik pengunjung.

Lokasi ini mulai dikembangkan sebagai obyek wisata sejak 2015 oleh BUMDES setempat dan semakin berkembang dengan berbagai fasilitas seperti kolam renang, perahu, kedai makanan, musala dan lain-lain.

Kampung Dolanan

Desa Sanankerto tidak hanya memiliki Boonpring sebagai daya tarik wisata. Ada hal lain yang menarik dikunjungi jika kalian datang berwisata ke desa ini.

Pada akhir bulan Juli aku berkesempatan mengikuti tur Half Day yang diinisiasi oleh Pokdarwis Sanankerto yang bekerjasama dengan Kemenparekraf.

Perjalanan menuju Desa Sanankerto sekitar satu jam dan aku cukup senang karena tidak terkena macet saat itu.

Setelah perkenalan singkat dengan Local Champion atau pemandu lokal, rombongan kami yang terdiri dari 6 orang diajak mengunjungi Kampung Dolanan yang menyuguhkan aneka permainan tradisional dan disuguhi permainan angklung.

Menariknya kami diangkut menggunakan alat transportasi modifikasi dengan atap terbuka. Setelah mencoba beberapa permainan, rombongan disuguhi dengan camilan tradisional semacam Nagasari tapi tanpa isian pisang serta minuman teh Bunga Telang.

Rumah produksi Opak Gambir

Destinasi kedua adalah rumah produksi Opak Gambir yang menjadi salah satu andalan oleh-oleh khas Desa Sanankerto, selain kue Carang Mas. Di sini aku memberanikan diri untuk mencoba membuat camilan tradisional ini.

Biasanya kue ini banyak dipesan pada saat bulan puasa sebagai suguhan hari raya Idul Fitri dan kerennya sudah ada rumah produksi yang mengembangkan alat produksi sehingga meningkatkan hasil jadi Opak Gambir secara signifikan.

Kampung Budidaya Bibit Sayuran

Dan jangkauan pemasarannya sudah sampai luar pulai Jawa. Perut sudah terisi separuh dan saatnya melanjutkan kunjungan ke kampung Budidaya Bibit Sayuran.

Ide budidaya ini tidak sengaja dari kegiatan pengisi waktu para ibu di sebuah RT yang akhirnya bisa meningkatkan pendapatan dari hasil penjualan bibit sayuran kepada pengepul.

Ada hal yang unik disini karena sistem pengairan yang dikembangkan oleh seorang warga yang kreatif sehingga bisa mengalirkan air dari sungai di bawah ke arah pembibitan yang letaknya ada di atas.

Sebuah karya yang sangat diapresiasi oleh warga desa karena sangat membantu mata pencaharian mereka. Jam sudah menunjukkan pukul 11.00 ketika kami beranjak ke Boonpring sebagai destinasi terakhir dari Half Day Tour ini.

Perjalanan kembali dilakukan dengan mengendarai transportasi modifikasi yang ditempuh dalam waktu lima menit. Sepanjang perjalanan kami disuguhi rimbunnya pepohonan dan semakin mendekati Boonpring, jajaran rumpun bambu terlihat semakin rapat.

Tiket Boonpring

Tiket memasuki Boonpring cukup terjangkau, hanya Rp 10.000 per orang sudah termasuk biaya kolam renang yang terletak di bagian depan kompleks wisata ini.

Lokasi pertama yang dikunjungi di Boonpring adalah Arboretum Bambu. Di sini pengunjung bisa belajar dan melihat lebih dekat 80 jenis bambu.

Siapkan kakimu karena lokasi ini berada di sebuah lereng bukit tapi jangan kuatir karena seru banget belajar tentang bambu.

Perjalanan dilanjutkan menuju sumber air di bagian timur yang uniknya hanya mengeluarkan air di musim kemarau dan sumber ini akan mengering di musim penghujan.

Sumber air ini jernih sekali dan bagian atasnya ditutupi dengan tanaman air hijau. Lokasi ini sering digunakan sebagai venue pemotretan yang ikonik di saat matahari terbit ketika semburat cahaya matahari melewati rimbunnya rumpun bambu dengan latar kabut yang masih menggantung di udara.

Syahdu banget ya kalau dibayangkan.

Masih dengan berjalan kaki, rombongan menyusuri pinggiran telaga yang dulu dikenal sebagai Sumber Andeman. Nama ini pula yang dulu dikenal sebelum akhirnya menjadi wisata Boonpring.

Telaga ini cukup panjang dan dilengkapi dengan dua jembatan dan sebuah pulau di bagian tengahnya. Di pulau kecil ini terdapat sebuah bangunan dari bambu seperti saung besar yang disewakan.

Pengelola juga menyediakan layanan makan siang dengan menu tradisonal seperti nasi jagung, urap-urap, aneka botok, sambal terong, sayur rebung (tentunya) serta aneka minuman seperti air jahe dan teh Bunga Telang.

Tidak hanya itu aneka jajanan tradisional juga bisa dipesan jauh-jauh hari sebelum acara. Jangan lupa luangkan waktumu untuk mencoba menaiki perahu mengelilingi telaga dengan biaya Rp 10.000 untuk 3 kali putaran.

Jika kalian tertarik dengan sumber air lainnya maka pemandu lokal akan dengan senang hati memberi tahu lokasi dan info terkait sumber air tersebut.

Wisata di Desa Sanankerto sungguh memberikan kesan yang sangat mendalam sehingga tak heran desa ini menjadi juara 3 kategori daya tarik wisata pada Anugerah Desa Wisata Indonesia 2021 yang diadakan oleh Kemenparekraf.

---

Yuk ikut menjelajah keindahan Sumenep dengan mengirim cerita perjalanan kamu. Klik di sini.

(msl/msl)