Kilang Cilacap merupakan kilang perintis produksi SAF. Kilang ini juga sekaligus menjadi bukti komitmen Indonesia untuk menjadi green refinery atau kilang hijau.
28 Agustus 2025 | 13.15 WIB
INFO NASIONAL – PT Pertamina (Persero) melalui PT Kilang Pertamina Internasional berkomitmen mendukung keberlangsungan energi bersih lewat produksi energi ramah lingkungan, ke Refinery Unit (RU) II Dumai dan RU VI Balongan. Saat ini, RU IV Cilacap menjadi satu-satunya kilang penghasil Pertamina Sustainable Aviation Fuel (SAF) berbahan baku minyak jelantah atau Used Coocking Oil (UCO).
Komisaris Utama Pertamina, Mochamad Iriawan mengatakan, Kilang Cilacap merupakan kilang perintis produksi SAF. Kilang ini juga sekaligus menjadi bukti komitmen Indonesia untuk menjadi green refinery atau kilang hijau.
Scroll ke bawah untuk melanjutkan membaca
“Perjalanan menuju net zero emission (NZE) harus kolektif dan kolaboratif, saya yakin dengan semangat kolaborasi kita bisa mewujudkan masa depan yang lebih hijau dan berkelanjutan bagi Indonesia dan dunia. Saya juga percaya bahwa kilang lainnya seperti Dumai, Balongan, dan lainnya bisa mewujudkan menjadi green refinery,” ujarnya saat kunjungan kerja ke RU IV Cilacap, pada Rabu, 27 Agustus 2025.
Direktur Operasi Kilang Pertamina Internasional, Didik Bahagia mengatakan, SAF menjadi salah satu produk unggulan Kilang Cilacap. Sebab, inovasi SAF merupakan hasil sinergi Pertamina Group, mulai dengan Pertamina sebagai holding maupun subholding seperti Kilang Pertamina Internasional, Patra Niaga, Pertamina Drilling Services Indonesia serta Pelita Air yang telah melakukan penerbangan perdananya dengan konsumsi bahan bakar dari minyak jelantah.“Pertamina melalui RU IV Cilacap dan kerjasama holding dan subholding, bisa mengolah minyak jelantah menjadi produk energi yang berkelanjutan,” katanya.
Adapun pada Juli 2025, RU Cilacap berhasil memproduksi perdana SAF berbahan baku UCO dan melakukan inaugural flight dengan Pelita Air pada 20 Agustus 2025. SAF menggunakan UCO menjadi pengembangan bahan bakar aviasi ramah lingkungan pertama di Indonesia dan Asia Tenggara, yang memenuhi standar kualitas internasional DefStan 91-091.
Pertamina SAF juga sudah tersertifikasi oleh Renewable Energy Directive European Union (RED EU), serta International Sustainability & Carbon Certification (ISCC) sesuai standar Carbon Offsetting and Reduction Scheme for International Aviation (CORSIA) dari mulai pengumpulan UCO, fasilitas produksi di kilang, sampai kepada fasilitas transportasi dan distribusi SAF.
Vice President Corporate Communication PT Pertamina, Fadjar Djoko Santoso menambahkan, Keberhasilan PT Pertamina (Persero) mengembangkan Pertamina SAF berbahan baku minyak jelantah memiliki dampak ganda yaitu berputarnya ekonomi di masyarakat sekaligus mengurangi emisi lingkungan pada industri penerbangan.
"Ekosistem Pertamina SAF akan melibatkan partisipasi masyarakat dan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) untuk mengumpulkan limbah minyak jelantah, sehingga mampu mendorong peningkatan ekonomi sirkuler di masyarakat," jelas Fadjar. (*)