Jakarta -
Bali International Airshow (BIAS) 2024 akan menjadi tempat bahwa Pertamina mampu membuat avtur yang ramah lingkungan. BBM itu diproduksi di kilang Cilacap.
Jadi, pemerintah Indonesia akan secara resmi meluncurkan Peta Jalan dan Rencana Aksi Nasional terkait Pengembangan Ekosistem Sustainable Aviation Fuel (SAF) atau Bahan Bakar Penerbangan Berkelanjutan pada gelaran BIAS.
Pengembangan ekosistem dan industri SAF ini diklaim akan memberikan nilai tambah ekonomi melalui hilirisasi bahan baku, memastikan ketahanan energi, sekaligus berkontribusi melalui dekarbonisasi sektor transportasi udara menuju Net Zero Emission 2060.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sebagai perusahaan energi di Indonesia, Pertamina berkomitmen untuk mendukung inovasi dan keberlanjutan dalam industri penerbangan. Di ajang Bali International Airshow 2024 Pertamina akan menonjolkan pengembangan dan penerapan Sustainable Aviation Fuel (SAF)," kata Wiko Migantoro, wakil direktur utama Pertamina, Senin (19/8/2024).
"Pertamina menilai bahwa SAF adalah kunci untuk pertumbuhan industri penerbangan yang ramah lingkungan dan berkelanjutan. Ke depannya diharapkan dapat memperkuat kolaborasi dengan mitra global dan memperkenalkan teknologi terbaru demi kemajuan penerbangan berkelanjutan di Indonesia dan dunia," dia menambahkan.
Selaras dengan penjelasan di atas, di waktu yang sama, Menko Marves Luhut B Pandjaitan memastikan bahwa SAF akan memberi nilai tambah ekonomi bagi negara, menjaga ketahanan energi pada sektor transportasi udara, dan kontribusi pada komitmen dekarbonisasi .
"Bali International Airshow (BIAS) 2024 dengan Pertamina men-supply avtur yang ramah lingkungan. Pertamina SAF menjadi langkah yang baik untuk membantu pemerintah mencapai target Indonesian net zero emission (NZE) 2060," kata Luhut.
"Pertamina serius mengembangkan dan mempercepat transisi energi bersih untuk visi Indonesia mencapai NZE," dia menambahkan.
Kenapa Luhut yakin bahwa Indonesia akan bisa pada level NZE pada 2060 dan mungkin lebih cepat?
"Karena kita memiliki 650 giga ton CCS atau carbon capture storage yang di mana carbon emission itu kita inject ke dalam lubang-lubang itu dan itu yang akan membuat bisa zero emission," ujar dia.
"Jadi zero emission hanya dengan EV, dengan pengembangan pohon saja tidak cukup. Jadi harus kita injek kepada CCS dan kita memiliki salah satu kemungkinan yang terbesar di kawasan ini," kata dia.
Luhut juga menyebut bahwa pada BIAS 2024 akan ada program khusus yang mengajak komitmen para stakeholder dunia penerbangan pada social environment. Di antaranya melalui aksi konkret kemanusiaan antara BIAS dengan CARE Indonesia yang akan berlangsung di Nusa Tenggara Timur.
(msl/fem)