Jakarta -
Letak geografis Indonesia dikelilingi ring of fire atau cincin api Pasifik. Hal tersebut dinilai memberi keuntungan, khususnya terkait potensi geothermal atau panas bumi.
Potensi panas bumi Indonesia ditafsir mencapai 23 gigawatt. Menurut Pengamat ekonomi energi dari Universitas Padjadjaran (Unpad) Yayan Satyakti, panas bumi mampu meningkatkan stabilitas harga terhadap energi baru terbarukan.
Yayan menyinggung energi baru terbarukan belum terlalu terjangkau bagi masyarakat. Sayangnya, ia menilai potensi tersebut belum termanfaatkan dengan baik, khususnya soal investasi dan perizinan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau hasil riset saya yang bisa mampu meningkatkan stabilitas harga, khususnya listrik, seharusnya geothermal. Tapi kalau kita lihat perkembangan geothermal saat ini itu tidak berkembang secara baik. Karena masalah investasi, dari sisi perizinan, itu sangat disayangkan," katanya kepada detikcom, Kamis (12/9/2024).
Ia menyebut perlu investasi besar untuk mengembangkan potensi tersebut. Terlebih untuk melakukan injeksi ke perut bumi butuh biaya yang tidak murah.
"Dan potensinya Indonesia itu kan di posisi ring of fire, kita kan punya potensi yang sangat banyak. Tetapi untuk mengacu ke sana nggak ada komitmen dan kita masih memerlukan investasi yang besar. Karena memang untuk meng-injeksi panas bumi di bawah butuh pembiayaan yang besar," bebernya.
Yayan menilai banyak aspek yang menjadi pertimbangan investor sebelum menanamkan modalnya. Salah satunya soal kemungkinan kegagalan saat menjalankan proyek.
"Tapi investor kan dia nggak mau juga melakukan injeksi ternyata ketika diinjeksi itu nggak ada uap panas buminya, atau tidak memiliki skala ekonomis untuk dilakukan," terang dia.
Ia berharap ke depannya pemerintah juga memberikan dukungan infrastruktur memadai. Bukan hanya untuk panas bumi, tapi juga terhadap potensi energi baru terbarukan lainnya seperti biomassa, bioetanol, solar panel, dan lainnya.
(ily/das)