Jakarta -
Pelaksana tugas (Plt) Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) RI Letjen Eko Margiyono mengatakan amunisi konvensional menjadi parameter keberhasilan dalam sebuah operasi militer. Untuk itu, pemenuhan amunisi konvensional sampai saat ini masih menjadi prioritas bagi TNI.
Hal itu disampaikan Eko saat membuka seminar Revitalisasi Industri Pertahanan Darat di Jakarta Pusat, Senin (26/8/2024). Pentingnya amunisi konvensional menjadi prioritas berkaca dari perang yang terjadi di beberapa belahan dunia.
"Melihat pembelajaran dari pertempuran yang terjadi di beberapa belahan dunia dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir. Di samping adanya penggunaan teknologi baru dalam pertempuran, juga didapatkan pemenuhan kebutuhan amunisi konvensional masih menjadi suatu parameter keberhasilan operasi yang sangat perlu untuk dipenuhi dan diperhitungkan," kata Eko
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Eko menuturkan kebutuhan amunisi konvensional merupakan prioritas yang perlu untuk dipenuhi dalam menjaga pertahanan negara. Selain itu, juga sebagai bentuk kesiapsiagaannya dalam menghadapi berbagai macam tantangan dan ancaman yang muncul.
"Sehingga pemenuhan kebutuhan amunisi konvensional tetap menjadi prioritas yang sangat perlu untuk dipenuhi. Untuk dapat menjamin kesiapsiagaan operasi TNI dalam menghadapi berbagai tantangan dan ancaman yang mungkin timbul setiap saat," ujarnya.
Eko berharap seminar kali ini bisa diaplikasikan sebagai dasar dalam melakukan revitalisasi industri pertahanan darat.
"Diharapkan melalui pelaksanaan seminar ini dapat dihasilkan nilai-nilai aplikatif yang kedepannya dapat digunakan sebagai dasar dalam rangka melaksanakan revitalisasi industri pertahanan darat bagi kebutuhan negara republik Indonesia," imbuhnya.
Sementara, Pangkogabwilhan II, Marsda M Khairil Lubis mewakili Panglima TNI menyampaikan visi TNI PRIMA. Dia menjelaskan PRIMA yang dimaksud mulai dari profesional.
"Profesional dengan memelihara dan mengembangman profesionalisme TNI sebagai alat pertahanan negara melalui well organized. Di mana nanti akan membentuk satuan nubika (nuklir biologi dan kimia) satuan siber dan satuan produksi. Satuan nubika pengalaman dari COVId, satuan Zeni akan diupgrade dan satuan Siber AU memiliki pusat sandi dan siber," kata Khairi.
"Sehingga TNI membutuhkan ini, apalagi pengalaman kejadian yang masa akan datang, sedangkan satuan produksi akan dibentuk satua baru karena masalah ketahanan pangan ," lanjutnya.
Kemudian responsif, dengan meningkatkan kemampuan melalui perubahan kurikulum. Dia menyebut kurikulum lama akan disesuaikan dengan saat ini.
"Kemudian responsif meningkatkan kemampuan yang responsif terhadap perkembangan lingkungan strategis dengan melakukan perubahan kurikulum digbakum. Ini disesuaikan dengan lingkungan strategis dalam rangka dari kurikulum-kurikulum yang lama akan disesuaikan,"ujarnya.
(dek/aik)