Jakarta -
UNESCO memperingatkan bahwa tren selfie dan membuat konten di situs bersejarah dapat menyebabkan kerusakan serius. Edukasi wisatawan dan influencer penting untuk pelestarian.
Mengutip Mirror, Senin (2/8/2024) UNESCO mengatakan tren selfie dan membuat konten di tempat bersejarah dan dilindungi UNESCO itu booming seiring munculnya handphone dengan kamera canggih. Kemudian, berlanjut dengan penggunaan media sosial yang menonjolkan visual, foto dan video.
Juru bicara UNESCO mengatakan fenomena itu berubah secara signifikan. Dari yang awalnya hanya sekadar mengabadikan momen, kini menjadi sebuah ajang mendapatkan ketenaran di media sosial.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Fenomena itu mendapatkan perhatian besar dengan munculnya berbagai platform media sosial, konten yang menarik secara visual mendorong keterlibatan penggunanya. Meskipun orang-orang selalu berfoto saat liburan, fokusnya telah berubah, dari hanya mengabadikan momen jadi menciptakan momen untuk meraih like, followers, dan ketenaran di media sosial," kata juru bicara itu.
"Tren wisatawan yang mengunjungi destinasi wisata, terutama untuk mengambil foto dan berbagi foto selfie di media sosial sering kali dengan latar belakang tempat-tempat ikonik," keterangan UNESCO.
Masalahnya, tren foto di situs bersejarah menjadi pemicu kepadatan wisatawan di situs bersejarah. Itu menciptakan tekanan pada infrastruktur dan berkontribusi penurunan pengalaman pengunjung lain ketika berkunjung karena adanya kerusakan.
"Beberapa destinasi yang sebelumnya kurang dikenal mendapati kunjungan yang berlebih karena beredar di media sosial. Itu bisa berdampak pada lingkungan dan masyarakat setempat," kata si jubir.
"Selain itu, tak hanya melakukan foto, terkadang wisatawan juga melakukan perbuatan yang tidak sopan atau merugikan, seperti pelanggaran, vandalisme, bahkan kecelakaan karena berlomba-lomba mendapatkan foto yang ideal," jubir itu menambahkan.
Tempat-tempat yang terancam menurut UNESCO adalah Venesia di Italia. UNESCO telah meminta pihak berwenang untuk membatasi jumlah wisatawan, salah satunya dengan mengurangi kapal pesiar yang melintasi laguna di sana.
Barcelona juga serupa nasibnya. Konflik antara wisatawan dan warga lokal berlangsung terbuka.
UNESCO pun mengingatkan edukasi terhadap para pembuat konten menjadi salah satu langkah penting untuk menjaga kelestarian situs.
"Para influencer memiliki peran penting dalam membentuk tren perjalanan. Tindakan mereka dapat membuat preseden bagi jutaan pengikutnya. Dengan mendidik para influencer kemudian audiensnya mereka, UNESCO yakin akan ada perilaku pariwisata yang lebih bertanggungjawab," kata UNESCO.
"UNESCO mengimbau pengunjung untuk menghormati jika berkunjung ke situs-situs bersejarah, nikmati dan pelajari nilai serta budaya di sana. Dan ingat bahwa apa yang dilakukan di sana akan berdampak pelestarian situs tersebut dan kesejahteraan bagi masyarakat sekitar," ujar UNESCO.
(fem/fem)