Jakarta -
Kementerian ESDM mengungkap upaya penerapan teknologi untuk mengoptimalkan produksi migas yang sudah dilakukan dalam tiga bulan terakhir. Sebab teknologi jadi salah satu hal penting dalam menggeber produksi migas.
Direktur Pembinaan Usaha Hulu Migas Kementerian ESDM, Ariana Soemanto, mengatakan penerapan teknologi untuk optimalisasi produksi jadi salah satu cara untuk memikat para investor selain dari sisi eksplorasi.
Dia mengatakan Kementerian ESDM sedang menjalankan 4 upaya dalam menerapkan teknologi untuk menggeber produksi migas. Pertama, di Blok Cepu tepatnya pada proyek Banyu Urip Infill Clastic ExxonMobil yang merencanakan 7 sumur untuk penerapannya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami merencanakan 7 sumur, 1 sumur sudah produksi 13.000 barrel per hari. Satu sumur lagi akan aktif mungkin minggu ini atau minggu depan," kata Ariana di Teras Ramayana, Jakarta pada Senin(23/09/2024).
Kedua, penerapan Enchanced Oil Recovery (EOR) di Lapangan Minas yang termasuk dalam Blok Rokan. Ariana menyebut untuk tahap awal Area-A menargetkan injeksi chemical pada tahun 2025 dan untuk fullscale produksi paling lambat tahun 2029 sesuai arahan Menteri ESDM.
Ketiga, Ariana mengatakan kini kerja sama Petrochina di Blok Rokan yang ditindak lanjuti pada rangkaian Indonesia-China Energy Forum ke-7 di Bali pada awal September kemarin. Dari sini, Pertamina telah siapkan area-F dengan Skema Kerja Sama Operasi (KSO).
Keempat, terdapat kerja sama dengan Sinopec di 5 Lapangan Pertamina seperti di Rantau, Tanjung, Pamusian, Jirak, dan Zulu. Progresnya, tim teknis sudah evaluasi teknologi ke lapangan di China bulan lalu dan tim Sinopec akan turun ke 5 lapangan tersebut.
"Untuk melakukan semua ini tentu butuh dukungan kebijakan pemerintah untuk menunjang penerapan optimalisasi produksi migas," tutup Ariana.
(fdl/fdl)